Kabarnews.co, Jakarta – Tahun 2026 akan menjadi ujian penting bagi pemerintah dalam mengelola perekonomian. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, ada pekerjaan rumah besar yang harus ditangani secara seimbang, yaitu menaikkan penerimaan pajak tanpa mengorbankan iklim investasi.
Ia mengungkapkan, “Memang dalam hal ini tugas kami berat di dua sisi yang sangat ekstrem. Di satu sisi menaikkan penerimaan pajak, di sisi lain mendukung iklim investasi untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih tinggi.”
Pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp2.357,7 triliun pada 2026, naik 13,5 persen dari tahun ini. Sementara penerimaan kepabeanan dan cukai diharapkan tumbuh 7,7 persen menjadi Rp334,3 triliun. Secara total, RAPBN 2026 menetapkan target penerimaan perpajakan mencapai Rp2.692 triliun atau tumbuh 12,8 persen.
Bersamaan dengan itu, instrumen pajak tidak hanya diarahkan untuk mengisi kas negara, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio pajak ditetapkan sebesar 10,47 persen terhadap PDB, lebih tinggi dari proyeksi 10,03 persen pada tahun ini.
Dari sisi investasi, pemerintah menggandeng BPI Danantara dan sektor swasta untuk memastikan iklim usaha tetap kondusif. Pertumbuhan investasi ditargetkan 5,2 persen, dengan dukungan berupa insentif hingga pengembangan kawasan ekonomi.
Sri Mulyani menegaskan, “Ini (pajak dan investasi) akan kami jaga secara hati-hati, seimbang di antara dua tujuan yang sama sekali berbeda.”
Selain fokus pada penerimaan dan investasi, RAPBN 2026 juga menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen. Target tersebut dipandang sebagai langkah awal menuju cita-cita Presiden Prabowo Subianto mencapai pertumbuhan 8 persen di masa mendatang.
Dengan sinergi Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, serta KSSK, pemerintah berharap dapat menjaga stabilitas sekaligus mendorong transformasi ekonomi nasional. (*)
***
Sumber : antaranews.com
Editor : Rachaddian (dion)