Mahasiswa Kehutanan Unmul ke Jepang: Belajar Inovasi Ramah Lingkungan dari Komponen Terkecil Tanaman

No comments

Kabarnews.co, Samarinda – Perjalanan luar biasa ditempuh Rezky Ramandha Christiansyah, mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, saat mengikuti International Student Exchange Program (ISEP) Forest Study Tour in Japan 2025. Dari deretan mahasiswa kehutanan se-Indonesia, ia menjadi satu dari 12 peserta terpilih yang terbang ke Jepang pada pertengahan Juni lalu.

Program ini merupakan hasil kerja sama antara Unmul, Kyoto University, Mie University, dan Kyoto Prefectural University. Disponsori oleh Hayashida Junpei Shoten Co., perusahaan kayu Jepang yang memiliki hubungan erat dengan Kalimantan, khususnya karena produk unggulan mereka adalah kayu ulin.

Seleksi program dimulai sejak November 2024, dan Mandha berhasil melewati berbagai tahapan ketat mulai dari seleksi berkas, unjuk bakat budaya, hingga wawancara berbahasa Inggris.

“Ini sudah tahun ketiga, dan semakin banyak mahasiswa kehutanan yang tertarik mendaftar. Mendaftar karena memang direkomendasikan sama dosen, di sisi lain saya juga punya kemampuan bahasa Inggris dan bisa main wayang,” tuturnya.

Ia menyebut bahwa setelah seleksi awal, sebanyak 80 siswa masuk tahap wawancara dan unjuk budaya. Dari situ, disaring menjadi 25 siswa, dan akhirnya hanya 12 peserta terbaik yang dipilih untuk ikut serta ke Jepang.

Mandha tampil menonjol dengan bakat seni pewayangan dan kefasihannya berbahasa Inggris. “Dipilih dan dilatih sebagai teman (pendamping) mahasiswa Jepang dari tiga universitas tadi yang datang ke Samarinda pas Februari kemarin,” jelasnya.

Setibanya di Jepang pada 13 Juni 2025, Mandha dan peserta lain memulai pengalaman budaya di Kyoto dengan mengenakan kimono dan mengunjungi kuil-kuil bersejarah, termasuk Heian Shrine dan Nanzenji. “Jadi kami sudah saling kenal,” kenangnya, menyinggung pertemuannya kembali dengan mahasiswa Jepang yang pernah berkunjung ke Indonesia.

Hari berikutnya, mereka mengikuti perkuliahan di Kyoto Prefectural University. Salah satu sesi yang paling berkesan bagi Mandha adalah materi dari Asisten Profesor Tanaka di Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH), Kyoto University. Materi itu bertajuk Driving Toward a Sustainable Society with Nanocellulose (NCV).

“Materi itu membuka wawasan kami. Bahwa dari tanaman, bahkan dari komponen terkecil nanoselulosa, bisa tercipta berbagai produk ramah lingkungan seperti mobil, drone, hingga pendingin ruangan yang lebih efisien dan hemat energi,” kata Mandha kagum.

Mereka juga mengunjungi Xylarium di Wood Research Institute yang menyimpan lebih dari 15.000 sampel kayu dari 3.600 spesies. Dalam sesi kuliah oleh Profesor Suyako Tazuro, para peserta diajak memahami hubungan mendalam antara manusia dan tumbuhan melalui studi identifikasi kayu.

Perjalanan ini menjadi titik balik bagi Mandha. Ia tidak hanya membawa pulang ilmu dan pengalaman, tetapi juga kebanggaan sebagai bagian dari generasi muda Kalimantan yang membawa pengetahuan dan identitas ke panggung internasional. (*)


Sumber : kaltimpost.jawapos.com

Penulis : Rachaddian

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar