Kabarnews.co, Kutai Kartanegara – Pagi itu, aroma semur dan nasi kebuli menyambut hangat warga yang mulai berdatangan. Di sepanjang jalan, tikar sudah digelar. Di atasnya, aneka makanan khas Kutai tertata rapi. Tidak ada meja khusus untuk pejabat, tidak pula kursi VIP. Semua duduk bersila bersama, saling menyapa sambil menunggu tanda dimulainya makan pagi — inilah momen sakral dalam tradisi Beseprah.
Bagi masyarakat Kutai Kartanegara, Beseprah bukan sekadar sarapan bareng. Ini adalah cara mereka menjaga silaturahmi, menyapa tetangga, menyambut pemimpin, hingga mempererat rasa kekeluargaan. Tak peduli latar belakang atau jabatan, semua berkumpul di satu tikar panjang, saling berbagi makanan dan cerita.
Tradisi ini menjadi bagian penting dalam perayaan adat Erau. Dikenal sebagai simbol kesetaraan sosial, Beseprah mengajak warga dan pejabat duduk sejajar. Bahkan Sultan Kutai Kartanegara pun hadir, menyapa rakyatnya dengan penuh kehangatan. Sebelum makan dimulai, doa bersama dipanjatkan, lalu bunyi gong atau kentungan jadi penanda bahwa makan boleh dimulai.
Putera Mahkota, Aji Pangeran Prabu Anoem Surya Adiningrat, menjelaskan bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman Sultan Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dahulu, Beseprah menjadi sarana Sultan untuk makan bersama rakyat, berbagi cerita, dan mendengar langsung keluhan mereka.
Menyiapkan acara ini bukan perkara mudah. Warga biasanya sudah mulai memasak sejak subuh. Nasi kuning, bubur, serabai, roti gembong, tumpi, dan untuk-untuk jadi sajian andalan. Semua dihidangkan di atas daun pisang atau kain seperah, dilengkapi peralatan makan agar siapa pun bisa langsung menyantapnya.
Tradisi ini tak hanya menjaga warisan budaya, tapi juga merekatkan hubungan antarwarga. Musik tradisional mengiringi suasana, tawa dan obrolan ringan mengalir sepanjang jamuan berlangsung. Dalam waktu sekitar dua jam, masyarakat merasa seperti satu keluarga besar yang duduk sarapan bersama.
Meski zaman berubah, semangat Beseprah tetap hidup. Ia menjadi pengingat bahwa harmoni sosial bisa dibangun dari hal yang sederhana: makan bersama tanpa sekat. Karena terkadang, sepotong roti gembong dan segelas teh manis lebih dari cukup untuk mempererat hati yang sempat berjauhan. (*)
Sumber : detik.com
Editor : Rachaddian